Posted by : admin, pada : 12 Januari 2017, Dibaca 324 kali
Tweet
Keterbatasan ekonomi keluarga tak lantas membuat Okti Sulistiani Sari (16) berhenti bersekolah. Segala keterbatasan yang ada malah membuat remaja perempuan asal Karanggede, Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Bantul, ini semakin semangat untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Demi
tetap sekolah, Okti rela mengayuh sepedanya sejauh 25 kilometer menuju
sekolahnya di MAN 1 Kota Yogyakarta di Jalan C Simanjuntak.
"Naik
sepeda dari Bantul sampai sekolah (MAN 1 Kota Yogyakarta),
jaraknya sekitar 25 kilometer. Kira-kira dua jaman lah dari rumah sampai
sekolah, berangkat jam 5 pagi," ujar Okti saat ditemui, Selasa
(10/1/2017).
Naik sepeda merupakan satu-satunya cara untuk tetap bisa sekolah, sebab dia tidak mempunyai motor maupun biaya untuk naik bus. Selain itu, dia tidak ingin lagi menambah beban keluarga yang telah mengeluarkan uang untuk membiayai sekolahnya.
Terlebih
masih ada satu adiknya yang juga harus bersekolah.
"Ayah
sekarang membantu ibu di warung, dulu buruh bangunan. Saya tidak ingin menambah
beban orang tua, jadi naik sepeda saja," ucapnya.
Perjalanan
yang cukup jauh itupun tak pernah membuat Okti mengeluh.
Bersepeda
saat hujan dan terik matahari sudah menjadi bagian dari hidupnya sehari -hari
demi mendapatkan bekal ilmu.
"Kehujanan
pernah, yang penting buku pelajaran jangan sampai basah. kalau capek ya capek
tapi kan di rumah bisa istirahat," tuturnya.
Diakuinya
awalnya orangtua tidak setuju ketika memilih melanjutkan sekolah ke MAN 1 Kota Yogyakarta sebab jaraknya jauh dari rumah.
"Awalnya
orangtua tidak setuju, tetapi saya ingin mencari pengalaman sekolah di Kota
Yogya. Alhamdulilah lewat jalur prestasi saya bisa sekolah di sini (MAN 1 Kota Yogyakarta),"
ucapnya.
Melihat jarak yang jauh, orangtua Okti lantas meminta agar putri pertamanya ini masuk ke Pondok Pesantren agar lebih dekat ke sekolah. Walaupun sempat keberatan dengan usulan orangtuanya, Oki akhirnya masuk ke pondok pesantren di daerah Tegalrejo, Kota Yogyakarta.
"Satu
bulan di Pondok saya keluar, karena biaya. Akhirnya saya memutuskan tinggal di
tempat Nenek di Mlati, Sleman," tuturnya.
Jarak dari rumah neneknya di Jaten, Sendangadi, Mlati, Sleman, ke MAN 1 Kota Yogyakarta berjarak sekitar 10 kilometer. Jarak ini setiap hari ditempuhnya dengan naik sepeda kurang lebih 45 menit. Dia pun berusaha untuk menghemat pengeluarannya dengan tidak jajan di kantin sekolah maupun di jalan.
Oki
lebih memilih sarapan di rumah.
"Uang saku ada, tetapi saya tidak jajan biar hemat. Pagi pokoknya sarapan yang banyak biar siang tidak lapar," kata Okti sambil tertawa. Sepeda yang menemaninya setiap hari ke sekolah, lanjutnya, merupakan hasil tabungan ibunya.
Dia
dibelikan sepeda saat masih duduk di MTs.
"Dulu
ibu menabung untuk beli sepeda ini. Saya waktu itu masih di MTs Kota Bantul,"
tuturnya.
Berkat
tekadnya yang kuat dalam menempuh pendidikan, pihak sekolah MAN 1 Kota Yogyakarta memberikan bantuan kepada Okti.
Sekolah
membelikan sepeda baru kepadanya.
"Kemarin
sekolah membelikan sepeda baru. Sepeda dari ibu , rencananya akan dibawa pulang
kerumah Bantul, kan
bisa digunakan kalau dirumah," tuturnya.
Remaja yang saat ini duduk di Kelas 1 ini mengaku bercita-cita menjadi pengusaha. Dia juga memiliki niat kelak bisa membantu kedua orangtuanya serta membantu biaya sekolah adiknya.
"Pendidikan
itu penting demi masa depan, saya ingin jadi pengusaha. Saya ingin
membahagiakan dan membuat bangga orang tua serta kelak semoga bisa membantu
adik," katanya.
Okti
juga hobi olahraga sama dengan pelajar lainnya.
Namun,
sifatnya yang ramah membuat orang lain bakal tak menyangka bahwa anak pertama
pasangan Irwan dan Ari Tri Winarti ini adalah atlet karate.
Bahkan
Okti berhasil menorehkan prestasi dari bela diri yang digelutinya sejak di MTs
ini.
Okti
berhasil meraih juara 3 Karate tingkat DIY dan juara harapan 1 Karate tingkat
Jawa-Bali.
"Saya
ikut Karate Kyokushin saat di MTs, sering ikut kejuaraan dan Alhamdulilah
beberapa kali juara. Terakhir juara harapan 1 Jawa-Bali," tuturnya.
Selain
di bidang olah raga bela diri, Okti juga mengukir prestasi di bidang akademis.
Dia
berhasil meraih juara 3 pidato Bahasa Inggris tingkat DIY, Juara 2 pidato
Bahasa Arab tingkat DIY, dan Juara 2 LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) tingkat
DIY.
"Kuncinya
kerja keras, belajar yang rajin, keterbatasan bukan halangan. Ke depan saya
akan kerja keras lagi untuk lebih baik," tandasnya.
Waka
Kesiswaan MAN 1 Yogyakarta Singgih Sampurno, mengatakan, Okti
merupakan siswa yang sederhana.
Namun
di balik kesederhanaannya itu, dia menorehkan berbagai prestasi.
"Sederhana,
baik, dan berprestasi. Di kelas, (Okti adalah) siswa yang aktif dan nilainya
baik," ujarnya.
Okti yang memilih menggunakan sepeda ke sekolah, lanjutnya, bisa menjadi contoh bagi pelajar lain karena saat ini, Yogyakarta sudah mulai macet. Menurut dia, di MAN 1 Kota Yogyakarta, ada sekitar 60 Siswa yang berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Namun jarak yang ditempuh Okti lebih jauh dibandingkan siswa lainnya.
Setiap
tahun, lanjut Singgih, pihak sekolah selalu memberikan bantuan sepeda kepada
para siswa yang tidak mampu.
Tahun
ini, Okti yang terpilih untuk mendapatkan bantuan sepeda dari sekolah.
"Setiap
tahun sekolah memberikan bantuan sepeda. Kemarin Okti disuruh memilih sendiri
sepeda yang diinginkan," pungkasnya. (Kompas.com/Wijaya Kusuma)
Sumber: batam.tribunnews.com
Kategori :