Posted by : admin, pada : 03 Februari 2017, Dibaca 260 kali
Tweet
Kondisi pendidikan di Indonesia masih diwarnai dengan
ketimpangan, khususnya di daerah tertinggal (3T) jika dibandingkan dengan
wilayah perkotaan. Di daerah terpencil di pelosok Tanah Air masih banyak
dijumpai kondisi dunia pendidikan yang memprihatinkan, karena pelajar belum
terlayani dengan sarana yang baik.
Padahal pendidikan yang nyaman dan aman serta mendapatkan
perhatian dari pemerintah merupakan hal yang sangat diinginkan oleh seluruh
pelajar di Indonesia. Mulai dari infrastuktur hingga akses jalan yang tidak
memadai perlu mendapatkan perhatian. Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, salah
satu sekolah dasar yang letaknya berada di daerah pegunungan, yakni SD Negeri 1
Campoan, Desa Campoan, Kecamatan Mlandingan, para siswanya harus menempuh
perjalanan yang sangat berbahaya karena bisa mengancam nyawa mereka dalam upaya
mereka mendapatkan pendidikan. Para siswa di sekolah dasar itu harus menempuh
jalan setapak dan memutar serta melewati tebing yang curam serta menyeberangi
sungai dengan arus deras.
Di sekolah dasar yang letaknya antara 35 kilometer hingga 40
kilometer dari Kota Situbondo ini, para siswa setiap hari harus berjalan sejauh
lebih dari 1 kilometer dari rumah ke sekolah. Para pelajar SDN 1 Campoan ini
terpaksa menyeberangi sungai selebar sekitar 10 meter dengan arus sangat deras,
karena sungai merupakan akses jalan satu-satunya menuju sekolah, sedangkan
akses lain harus memutar lebih jauh, yakni sekitar 3 kilometer. Karena itu
perjalanan menuju sekolah yang berbahaya dan bisa mengancam nyawa pelajar SD
ini sudah menjadi hal yang biasa demi menuntut ilmu. "Sebenarnya takut
terseret arus sungai, tapi bagaimana lagi tidak ada jalan lain untuk ke
sekolah. Teman-teman semua memang berangkat bersama-sama dan saling membantu
saat menyeberang sungai," kata Nur Faizah, salah satu siswa.
Jembatan satu-satunya untuk menuju sekolah dasar itu tidak bisa
digunakan lagi karena sudah putus akibat diterjang banjir bandang pada dua
tahun silam (2015). Kendati sempat dibangun jembatan dengan berbahan bambu oleh
masyarakat desa setempat beberapa kali juga hanyut akibat banjir. Tidak heran
seragam sekolah pelajar SD ini selalu basah karena terkena air. Selain itu,
seluruh siswa menggunakan sandal jepit pergi ke sekolah karena setiap hari
pulang dan pergi menyeberang sungai.
Saat berangkat sekolah, para pelajar SD tersebut saling membantu
ketika menyeberang sungai, beberapa siswa kelas VI berusaha menggendong adik
kelasnya menyeberang sungai. Tak terkecuali guru sekolah, selain mengajar
mereka juga mengawasi saat anak didiknya menyeberang sungai dan bahkan
menggendong siswa yang masih kecil karena khawatir terbawa arus sungai.
Salah seorang guru SDN 1 Campoan, Ahmad Faesoli mengatakan
jumlah siswa sekolah dasar itu keseluruhan 28 orang, mulai kelas I hingga kelas
VI. "Saya kasihan sama anak-anak setiap hari pergi dan pulang sekolah
menyeberang sungai, kadang murid-murid saya mengeluh capek setelah sampai di
sekolah," katanya.
Ia bercerita, suatu ketika pernah ada kejadian seorang guru yang
sedang menyeberang sungai terserat air yang tiba-tiba deras dan permukaannya
naik, mirip seperti banjir bandang. Untung si guru bisa menyelamatkan diri
meskipun sempat terseret sekitar 10 meter. Selama ini, kata dia, para
guru pengajar sekolah dasar dan kepala desa setempat sudah mengajukan kepada
Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk membangun jembatan sebagai akses jalan
anak-anak menuju ke sekolah. Dengan dibangunnya jembatan, selain memudahkan
akses pelajar SD ke sekolah, juga dapat membantu masyarakat satu dusun di desa
setempat melakukan aktivitas setiap hari.
Pelajar SD itu tidak cukup berjuang pergi dan pulang sekolah
menyeberangi sungai serta melewati jalan setapak di tebing yang curam,
konsentrasi belajar siswa juga tidak dapat maksimal selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Sebab, tepat di depan ruang kelas sekolah mereka
berhadapan dengan kandang sapi yang mengeluarkan bau tidak sedap. Letak sekolah
yang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk ini juga membuat pihak sekolah
tidak bisa berbuat banyak terkait kondisi lingkungan sekitar sekolah, dan
kandang sapi maupun kandang kambing di depan maupun samping sekolah menjadi
pemandangan setiap hari.
Sementara salah seorang wali murid SDN 1 Campoan, Rusman mengaku
sangat khawatir jika setiap hari putranya harus menyeberang sungai ke sekolah.
Karena di sungai tersebut selama ini seringkali airnya tiba-tiba tinggi dan
bahkan bisa saja terjadi banjir bandang saat musim hujan. Selama ini hanya
sebagian kecil wali murid sekolah dasar itu, yang mengantarkan putra dan
putrinya ke sekolah, sedangkan sebagian besar wali murid lainnya memasrahkan
kepada guru sekolah. Sehingga beberapa guru sekolah membagi tugas atau piket
untuk berjaga di sekitar sungai pada pagi hari saat anak didiknya berangkat ke
sekolah dan menyeberang sungai.
Para orang tua (wali murid) sangat berharap kepada pemerintah
kabupaten untuk segera membangun jembatan. Selain itu juga akses jalan setapak
yang biasa dilewati pelajar SD setempat juga perlu diperbaiki karena licin saat
hujan dan khawatir mereka terpeleset dan jatuh ke sungai.
Sumber : Antara
Kategori :